Di bening suasana suram langit meratap hiba
Mentari bagai tidak bermaya memancarkan suria
Bahkan segenap alam sepi bermuram durja
Menyaksikan insan tercinta terbaring menanti saat ajalnya
Linang mutiara cair luruh dari lurah mata
Menggulung sebuah nostalgia perjuangan pembela agama
Kehadirannya dahulu mematahkan zulumat yang membara
Dengan kalimah nur terang menyala
Ziarah Izrail tidak disangka Fatimah tersirat makna
Membawa perkhabaran ajal yang memisahkan akhirat dengan dunia
Jibrail berkunjung namun memalingkan muka
Tak tega menatap keperitan tepahat di wajah baginda
Bayangkanlah kita berada di situ
Di tempat pembaringan RASULULLAH tercinta
Tika nyawanya hampir sahaja melayang
Saat itu ditutur nama ummatnya yang tersayang
Kalau kutahu begini peritnya ajal
Timpakanlah sebahagian keperitan ajal umatku keatasku...
Air dalam bejana disapu ke muka menahan perit berjuta
Digagahi senyum mengubat duka ahlinya
Dan tibalah saat ajal menjemput baginda
Sakinahnya wajahmu bila rohmu diangkat di sisi Yang Maha Esa
Kabus syahdu mengiringi pemergiannya
Sukar menerima bagi yang mengasihinya
Bahkan Umar kelak memancung siapa yang mengiakan kewafatannya
Untung Abu Bakr bijak menyusun kata bermakna
ALLAH itu kekal selamanya walau kekasihnya telah tiada
Dikau kurindui, Ya Rasulullah...
0 comments:
Post a Comment